Cara Unik Abu Nawas Menyelesaikan Utang
Radarseluma.disway.id - Cara Unik Abu Nawas Menyelesaikan Utang--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Di kota Baghdad yang terkenal dengan kisah-kisah ajaibnya, hidup seorang lelaki bernama Abu Nawas. Ia bukan sembarang lelaki. Wajahnya biasa-biasa saja, tubuhnya pun tak terlalu tegap. Namun, di balik sorban yang sering ia kenakan secara miring, tersimpan akal cerdik yang tak tertandingi.
Hari itu, suasana Baghdad masih hangat dengan nuansa Idul Fitri. Anak-anak berlarian dengan pakaian baru, para ibu memasak kue manis, dan para lelaki berkumpul di masjid, membicarakan khutbah tadi pagi yang membahas pentingnya menjaga amanah dan menyelesaikan tanggung jawab setelah Ramadan.
Sementara itu, di sudut pasar, Abu Nawas duduk termenung di depan sebuah warung teh. Ia baru saja mengingat sesuatu yang membuat perutnya terasa lebih keroncongan daripada ketika puasa.
“Utangku pada Hammam si pedagang kaya belum lunas!” katanya dalam hati. “Bagaimana mungkin aku berlebaran dengan tenang sementara utang itu masih menggelayut seperti kelelawar di langit-langit rumah?”
BACA JUGA:Siasat Abu Nawas Menghindari Pajak: Kisah Jenaka yang Sarat Makna
Abu Nawas tahu betul bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga. Ia adalah madrasah kehidupan. Maka ia tak mau lulus dari madrasah itu dengan rapor merah karena tak menunaikan kewajiban.
Tapi, ada satu masalah: dompet Abu Nawas hanya berisi tiga keping perak dan sehelai daun salam entah dari mana datangnya.
“Kalau aku datangi Hammam dan katakan aku belum bisa bayar, pasti ia akan kecewa. Kalau aku pura-pura lupa, itu lebih memalukan. Tapi…,” gumamnya, matanya mulai berbinar. “Ya! Aku punya ide. Dan seperti biasa, ideku pasti sedikit aneh, sedikit jenaka, tapi sarat makna.”
Ia pulang ke rumah, masuk ke dapur, dan mendekati kandang ayam betina tua yang biasa ia panggil "Siti". Ayam itu sudah lama tidak bertelur, lebih suka berdiri diam seperti sedang merenung soal hidup.
“Wahai Siti,” katanya pelan, “kali ini engkau akan menjadi duta utangku.”
Keesokan harinya, dengan langkah percaya diri dan ayam di tangan, Abu Nawas mendatangi rumah Hammam. Pedagang itu menyambutnya dengan senyum lebar. “Wahai Abu Nawas, aku senang engkau datang. Apakah ini kabar baik?”
“Tentu saja, wahai sahabatku. Ini adalah bagian pertama dari pelunasan utangku,” jawab Abu Nawas sambil menyerahkan ayam betina itu.
Hammam menatap ayam itu dengan bingung. “Apa maksudmu?”
Sumber: