Mengevaluasi Diri: Apakah Ibadah Kita Sudah Ikhlas?
Radarseluma.disway.id - Mengevaluasi Diri: Apakah Ibadah Kita Sudah Ikhlas?--
Radarseluma.disway.id - Salah satu aspek paling mendasar dalam ibadah adalah keikhlasan. Ikhlas merupakan ruh dari setiap amal, tanpa keikhlasan, amal akan menjadi sia-sia di sisi Allah SWT. Namun, sering kali manusia tergoda oleh riya, ujub, atau keinginan mendapat pujian dari sesama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa mengevaluasi diri: apakah ibadah yang kita lakukan sudah benar-benar ikhlas karena Allah atau masih bercampur dengan kepentingan Duniawi?
Keikhlasan adalah syarat diterimanya amal di sisi Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda yang berbunyi:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa amal yang kita lakukan hanya akan bernilai di sisi Allah jika niatnya benar, yakni hanya mengharap ridha-Nya
BACA JUGA:Menjadi Pribadi yang Lemah Lembut dan Sabar
Makna Ikhlas dalam Ibadah
Ikhlas berasal dari kata خَلُصَ yang berarti murni atau bersih. Dalam konteks ibadah, ikhlas berarti melakukan suatu amal semata-mata karena Allah SWT, tanpa mengharapkan pujian, penghargaan, atau manfaat Duniawi.
Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT yang berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Bayyinah ayat 5 yang berbunyi:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya: "Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, serta agar mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menunjukkan bahwa seluruh ibadah harus dilakukan dengan keikhlasan sebagai bentuk penghambaan yang murni kepada Allah SWT.
BACA JUGA:Ikhlas Dalam Beribadah Merupakan Kunci Diterimanya Amal Ibadah
Ciri-Ciri Ibadah yang Ikhlas
Untuk mengevaluasi apakah ibadah kita sudah ikhlas, kita perlu memahami ciri-ciri keikhlasan dalam ibadah:
-
Tidak mengharapkan pujian Manusia
Orang yang ikhlas hanya mencari ridha Allah, bukan sanjungan atau pengakuan dari orang lain. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Tirmidzi dan Ibnu Majah yang mana berbunyi:إِذَا جَمَعَ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ
Artinya: "Jika Allah mengumpulkan manusia pada hari kiamat, maka akan ada seruan: 'Barang siapa yang dalam amalnya menyekutukan selain Allah, maka hendaklah ia meminta pahalanya kepada selain Allah, karena Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan sekutu dalam ibadah'." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
-
Tidak berubah meskipun tidak dilihat orang lain
Orang yang ikhlas tetap beribadah dengan baik meskipun tidak ada yang melihatnya. Amal ibadahnya tetap konsisten baik dalam keadaan sendiri maupun di hadapan orang lain. -
Merasa cukup dengan penilaian Allah
Orang yang ikhlas tidak terganggu dengan komentar Manusia, baik pujian maupun celaan. Ia hanya peduli terhadap penilaian Allah SWT atas amalnya. -
Tidak tergoda oleh keuntungan Duniawi
Orang yang ikhlas tidak menjadikan ibadah sebagai sarana mencari keuntungan materi, ketenaran, atau kepentingan pribadi.
BACA JUGA:Menghilangkan Dendam dan Kebencian dalam Diri
Bahaya Ketidak ikhlasan dalam Ibadah
Ketidak ikhlasan dalam ibadah bisa muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya:
-
Riya' (pamer dalam ibadah)
Riya adalah melakukan ibadah dengan tujuan agar dilihat dan dipuji orang lain. Rasulullah SAW bersabda yang dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Ahmad yang mana berbunyi:إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكَ الْأَصْغَرَ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
Artinya: "Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, 'Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Riya'." (HR. Ahmad)
-
Sum’ah (ingin didengar kebaikannya)
Seseorang yang ingin amalnya didengar dan dibicarakan oleh orang lain, agar mendapat pujian atau pengakuan, termasuk dalam ketidak ikhlasan. -
Ujub (bangga terhadap amal sendiri)
Merasa bangga dengan amal sendiri dan menganggap diri lebih baik dari orang lain juga merupakan bentuk ketidak ikhlasan. Rasulullah bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Al-Baihaqi yang mana berbunyi:ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Artinya: "Tiga hal yang membinasakan: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri." (HR. Al-Baihaqi)
Sumber: