Hilangnya Ilmu dan Wafatnya Para Ulama: Tanda Zaman yang Mengguncang Umat
Radarseluma.disway.id - Hilangnya Ilmu dan Wafatnya Para Ulama: Tanda Zaman yang Mengguncang Umat--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam kehidupan umat Islam, ilmu dan ulama ibarat dua pilar yang menopang keberlangsungan iman dan amal. Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan manusia menuju ridha Allah, sedangkan ulama adalah pembawa dan penjaga cahaya itu. Namun, di antara tanda-tanda akhir zaman yang telah diberitakan Rasulullah SAW adalah hilangnya ilmu dan wafatnya para ulama. Saat ilmu diangkat dan ulama satu per satu meninggalkan dunia, manusia akan hidup dalam kegelapan kebodohan, kesesatan, dan fitnah yang kian meluas.
Fenomena ini bukanlah isapan jempol. Kita melihatnya nyata di zaman ini: semakin sedikit ulama yang benar-benar faqih dan amanah, semakin banyak orang yang berbicara tanpa ilmu, dan semakin sering munculnya perpecahan di tengah umat. Oleh karena itu, memahami tanda ini bukan sekadar sebagai kabar duka, tetapi juga peringatan keras agar kita menjaga ilmu dan menghormati para pewaris Nabi.
Dalil Al-Qur’an Tentang Hilangnya Ilmu
Allah SWT telah menegaskan betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan manusia. Dalam Al-Qur’an surah Az-Zumar ayat 9, Allah berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya: “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakal-lah yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Ayat ini menunjukkan bahwa kedudukan orang berilmu tidak dapat disamakan dengan mereka yang jahil. Ketika ilmu hilang, maka nilai dan arah kehidupan manusia juga akan lenyap. Dalam ayat lain, Allah juga mengingatkan:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa kemuliaan ilmu bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk kemaslahatan umat. Ketika para pemilik ilmu yakni para ulama meninggal dunia, maka sebenarnya umat kehilangan tiang penopang keberkahan dan hidayah Allah.
Hadits-Hadits Tentang Hilangnya Ilmu dan Wafatnya Ulama
Rasulullah SAW telah memberikan penjelasan yang sangat jelas tentang tanda ini. Dalam hadits sahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekaligus mencabutnya dari hamba-hamba-Nya, tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak tersisa seorang alim pun, manusia akan mengangkat orang-orang jahil sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, dan mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan mekanisme “hilangnya ilmu” bukan karena buku-buku dibakar atau dihapus dari ingatan, melainkan karena wafatnya para ulama. Mereka adalah sumber ilmu yang hidup ketika mereka tiada, maka ilmu yang ada di dada mereka pun ikut terkubur.
Sumber: